Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 26 Maret 2015

Potensi asuransi profesi dokter masih menggiurkan

Potensi asuransi profesi dokter masih menggiurkan
oleh : Hanna Prabandari
Sesaknya lini bisnis tertentu di industri asuransi kerugian membuat pelaku berupaya menciptakan ceruk pasar yang baru. Di tengah kesadaran berasuransi yang masih rendah, produk yang dihasilkan harus benar-benar menyentuh kebutuhan pasar. Dalam beberapa tahun terakhir muncul sejumlah produk baru dan ini dilakukan hampir oleh semua asuransi umum seperti kendaraan bermotor dan properti. Dampaknya, terjadi perang tarif yang akhirnya menggerus pendapatan perusahaan. Salah satunya adalah produk asuransi profesi dokter. Produk ini memproteksi kerugian akibat profesi medis yang secara hukum bertanggung jawab membayar ganti rugi atas kerugian yang timbul dari cedera badan.
PT Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967 (Bumida) dan PT Allianz Utama Indonesia menggarap asuransi ini. Potensi pasar produk liability tersebut menggiurkan. Hal ini jika dikaitkan dengan jumlah dokter di Tanah Air mencapai 70.000 orang, terdiri dari 50.000 dokter umum dan 20.000 dokter spesialis.
Mudahnya masyarakat menuding dokter melakukan malapraktik jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap pasien membuat mereka mulai merasakan perlunya proteksi.
Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Pengwil DKI Jakarta Azrial Azwar mengemukakan pemahaman masyarakat mengenai malapraktik belum jelas. Dokter tidak pernah bermaksud melakukan malapraktik karena ada prosedur standar operasional yang harus dijalani.
"Tapi ada faktor X yang tidak bisa diatur, dokter berusaha memperkecil faktor X itu. Asuransi mencoba memberikan ketenangan dan kenyamanan sehingga kami bisa melakukan kreativitas yang lebih luas apabila ada proteksi," katanya.
Direktur Pemasaran Bumida Joko Hananto mengakui saat ini dokter sudah semakin sadar untuk melindungi profesinya dengan membeli polis asuransi. Sebaliknya, asuransi melihat kekhawatiran dokter itu sebagai peluang baru yang bisa digarap karena ketatnya persaingan di bisnis lain.
Sejak 2005 Bumida telah memiliki jumlah peserta hingga 2.000 dokter yang 55% di antaranya berasal dari Jabodetabek. Kebanyakan pembeli proteksi asuransi dari dokter umum jika dibandingkan dengan dokter spesialis. Premi berkisar dari Rp 1 juta hingga Rp7,5 juta dengan maksimal ganti rugi Rp250 juta hingga Rp500 juta.
Pada 2007, premi yang diraup dari produk ini mencapai Rp4,7 miliar dengan sumbangan dari syariah sebesar Rp300 juta. Tahun ini Bumida menaikkan perolehan premi menjadi Rp6 miliar yang terdiri dari Rp5 miliar di bisnis konvensional dan Rp1 miliar di syariah.
Untuk mendongkrak perolehan dari syariah, Bumida menggandeng PDGI yang beranggotakan lebih dari 1.000 dokter. "Lebih dari 50% target perolehan syariah dari produk tersebut tahun ini diharapkan berasal dari asosiasi itu," ungkap Head of Syariah Business Department Bumida Fahmi Basyah.
Sulit pasarkan
Presdir Allianz Utama Victor Sandjaja mengatakan awalnya merasa kesulitan memasarkan produk tersebut. "Banyak dokter yang merasa tidak memerlukan proteksi itu."
Dia mengakui pangsa pasar produk itu masih sangat besar dan berpotensi untuk digarap karena penetrasinya masih kecil. Kebalikan dengan Bumida, mayoritas tertanggung Allianz berasal dari dokter spesialis. "Tapi setelah mulai ada klaim mereka mulai berminat dan sadar kalau mereka bisa dituntut," kata Victor yang mengaku tidak ingat angka penjualan Allianz di bisnis tersebut.
Susi R.N Boestami, seorang dokter gigi di Jakarta, mengaku telah mengambil asuransi untuk melindungi profesinya itu sejak 2004 lalu. Alasannya, hanya berjaga-jaga jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan. Terlebih lagi preminya yang sangat terjangkau. (hanna.prabandari@bisnis.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar